#beberapa postingan ini akan menjadi cerita bersambung tentang pengalaman saya menjalani proses bayi tabung (IVF).
Tahun 2015 lalu saya dan papski sudah berencana untuk serius memulai program bayi tabung (IVF). Mengingat usia saya sebentar lagi memasuki 35 tahun yang artinya sudah ga muda lagiiih book hahaha dan artinya lagiii cadangan telur saya pastinya ga sebanyak usia di bawah 30 tahun dan indung telur kanan saya sudah ga menghasilkan telur lagi gegara pernah ada kista otomatis cuma mengandalkan indung telur kiri dan ditambah saluran tuba saya hasil cek HSG 4 tahun lalu non patent akibat endometriosis. Walau sempat tahun 2014 saya di hydrotubasi supaya saluran tuba lancar kayak jalan tol dan melakukan inseminasi yang belum rezeki juga waktu itu. Komplet kan kaka…mau gak mau IVF lah jalan satu-satunya.
Berhubung sampai dengan Juli 2015 saya masih disibukkan dengan pekerjaan tender APBpN dan giliran papski di bulan Agustus sd Oktober sibuk dengan kegiatan proper ke pabrikan maka kita niatkan November harus fix meluangkan waktu untuk bayi tabung.
Okeh…informasi sudah kita kumpulkan, mulai dari Rumah Sakit di Malaka dan Penang Malaysia, RS Bunda Klinik Morulla Jakarta dan RS Siloam Surabaya.
Kebetulan saya lihat di fesbuk kalo klinik Morulla ada harga promosi sampai dengan akhir Desember 2015 kalo ga salah 48jt per paket untuk program IVF. Wah semangat donk ya karena kemarin perkiraan saya dan papski untuk IVF minimal kita harus siap 100juta.
Cuuz langsung saya telpon ke klinik Morulla untuk buat janji sekalian tanya-tanya apa iya harga promo segitu.
Ternyata susternya bilang nanti diperiksa lengkap dulu karena harga promo itu untuk yang kondisi rahim dan telurnya oke dalam arti ga perlu ada tambahan dosis obat dari harga paket promo tersebut.
Dan saya disuruh datang konsultasi di haid hari ke 2.
Karena waktu nelpon klinik sedang haid hari ke tiga jadi saya disuruh nelpon buat janji lagi di bulan berikutnya. Mau gak mau mundurlah rencana IVF jadi bulan Desember.
Pada saat bulan H…yaitu bulan Desember haid pertama saya jatuh di tanggal 9 Desember bertepatan pula dengan Pilkada. Ketika saya telpon klinik Morulla dari pagi sampai dengan siang ga ada satupun yang angkat. Tiga nomor ektension yang saya hubungi semuanya tidak menjawab.
Panik? Jelassss aja kaka..secara rencana ke Morulla bulan Desember dan ga bisa donk kucluk kucluk langsung datang secara pasien dokter Ivan itu sungguh buanyaaak.
Alhasil kata papski “sudah mam ga usah panik, kita coba ke RS Siloam Surabaya aja buat janji dengan dokter Aucky” Langsung saya telpon kontak asistem dokter Aucky. Dan lagi-lagi ga diangkat. Padahal kata teman saya yang sudah berhasil IVF dengan dokter Aucky, si asisten pasti selalu angkat.
Hikks ada apa ini? Masa iya karena Pilkada Klinik dan Ruma Sakit jadi tutup total?
Kita memang boleh berencana sebanyak apapun, tapi tetap Allah yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk umatNya. Di sinilah saya mulai mendapat pelajaran ikhlas dan pasrah berserah kepada Allah. Rencana Allah jauh lebih indah dan tentunya terbaik untuk saya dan papski
Ntah tiba-tiba saya inget cerita teman yang pernah rekomendasi suruh saya untuk mencoba konsultasi dengan dokter Cakra di Palembang. Menurutnya sudah banyak yang berhasil mempunyai keturunan melalui program beliau. Dan papski mendukung untuk mencoba menelpon klinik Imaya tempat dokter Cakra praktek.
Alhamdulillah….ga sampai lima kali dering…telpon saya diangkat. Dan dibuatlah janji tanggal 10 Desember besok saya konsultasi dengan dokter Cakra.
Bersambung ya kaka ceritanya…di part II